Titik Terendah dalam Kehidupan terkadang membuat orang lain buta seakan bahwa hidup akan mati besok dan semangat membara dihati menjadi padam tak tau arah pulang dan tak tau tujuan. Sebagaimana dalam buku yang saya baca “Ketika Aku tak tau apa yang Ku inginkan”
“Layaknya kesedihan dan rasa sakit yang memiliki banyak bentuk, kita pun perlu bentuk penghiburan yang beragam. Kita perlu menghibur diri sendiri , perlu juga penghiburan dari orang lain. Akan sangat baik ketika kita punya teman di kala kita sedang merasa kesulitan. Meski mereka tidak sepenuhnya bisa mengerti semua isi pikiran kita, tapi hanya dengan mengeluarkan isi hati saja sudah menjadi penghiburan bagi bagi diri sendiri, begitu pula sebaliknya ketika kita sedang menghibur seseorang, kita pun sebenarnya sudah mendapat penghiburan. Penghiburan adalah cara sesama untuk saling berbagi perasaan. Asalkan disertai ketulusan, penghiburan bisa jadi penenang hati bagi semua orang”
Ketika Aku Tak Tahu Apa Yang Aku Inginkan.
Kalimat-kalimat kehidupan yang mengembalikan diriku yang hilang.
Apa yang benar-benar aku inginkan? Apakah aku sudah hidup dengan benar? Bagaimana aku harus menjalani hidup ke depannya? Kehidupan laksana rangkaian pertanyaan yang tiada berakhir. Menemukan jawabannya dengan kekuatan sendiri tidaklah mudah.
Mengapa hatiku selalu merasa sepi dan hampa?
Mengapa bertemu orang lain menjadi hal yang melelahkan?
Mengapa aku tidak merasa bahagia padahal sudah menjalani hidup dengan sebaik-baiknya?
Apakah hidup tanpa jiwa seperti ini bisa disebut kehidupan?
Kalau pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus berputar di kepala, kita jadi kelelahan dan kehilangan semangat melakukan segala hal. Kita bisa jadi sering menangis tiba-tiba. Tangisan itu muncul dari luapan emosi kita yang terpendam ketika menjani hari-hari yang sibuk—tak punya waktu untuk menenangkan hati dan tubuh yang letih atau memikirkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Lalu aku mendengar tausiyah yang disampaikan oleh Ustadzah, maka ku kobinasikan perasaan dan juga hati akan
KUTIPAN CERAMAH USTADZAH AISYAH BIN SYEIKH ABU BAKAR:
Dari IMAM AL JUNAID BAGHDADI:
Jika BESOK –BESOK Allah mengujimu
Kalau Kita Mau Tahu Ini Siksa,
Penggugur Dosa, Atau Ini Adalah Meninggikan Derajat , Cukup Lihat Bagaimana Respon Mu Dalam Menyikapi Terhadap Ujian Itu. Maka Nilai Sendiri , Bila Responmu Marah? Allah Sedang Marah Padamu, Bila Responmu Sabar Allah Sedang Menggugurkan Dosa-dosamu, Bila Responmu Sabar Penuh Keikhlasan, Keridoan, Maka Allah Ridho Kepadamu
JAWABANNYA ADALAH:
ADA DALAM BUKU
HIDUP DAMAI TANPA
Kita hanya perlu berusaha untuk menjadi diri kita
sebagai seseorang yang lebih baik dengan menjadi
seseorang yang pantas mendapatkan kebahagiaan
Banyak orang suka membandingkan diri mereka dengan orang lain, mulai dari prestasi, kekayaan, keindahan fisik, sehingga kualitas hidup secara umum. Namun , seringkali kita lupa bahwa hidup bukanlah kompetisi dan setiap orang memiliki jalan hidup dan keunikan mereka sendiri.
Biasanya kita membandingkan, output-nya pasti selalu negatif. Ada perasaan inferior ketika melihat prestasi orang lain.
Namun, apakah membandingkan diri selalu negatif? Jawabannya tergantung, bisa ya bisa juga tidak.
Ketika melihat orang, pertanyaannya adalah apakah kita menjadi terpacu untuk menggembangkan diri menjadi versi terbaik ataukah memilih menyalahkan diri dari keadaan? Kamu yang sedang berada di posisi ini, istirahatlah sebentar dan bacalah buku ini sebagai pengingat bahwa tak apa dengan kamu yang sekarang. Tak ada yang perlu dimenangkan , goals-nya ada di kamu.
MAKA KENALILAH DIRIMU SENDIRI = BUKU OMG THAT’S ME
Kita hanya perlu berusaha untuk menjadikan diri kita sebagai seseorang yang pantas mendapatkan kebahagiaan.
KEBAHAGIAAN KITA YANG BUAT BUKAN ORANG
Sebelum kita mengetahui bagaimana cara...
Prestasi membanggakan kembali diraih oleh...
Titik Terendah dalam Kehidupan terkadang...
Perhatian Islam terhadap kondisi hati...
Dalam kehidupan yang penuh dengan...